Kekurangan fisik bukanlah sebuah kelemahan




Sawahlunto.Tanpa sadar, kita mungkin sering bertemu dengan orang yang memliki kekurangan fisik, manusia memiliki kekurangan dan kelebihan memang lah benar. Akan tetapi akankah kita mampu menahan diri untuk tidak mengejeknya. Kita harus sadar kelemahan mereka bukanlah sebuah kelemahan. Dibalik kelemahan mereka terdapat potensi yang tidak dimiliki manusia yang tidak memiliki kekurangan fisik. Bagaimanapun  mereka tetaplah makhluk tuhan.

 Sebut saja namanya ibu Ida,55, ibu dari dua orang ini yang memiliki cacat di kaki kanannya dikarenakan penyakit polio, menyadari Sempurna hanya ada pada Allah SWT, lemahnya kaki kanan ibu ini tak pernah membuatnya untuk pasrah menghadapi hari esok.

 “Kurang bukan berati tak bisa” ungkap ibu ini. Kisah perjalan hidupnya diawali dengan pergi ke Panti Penyandang cacat Palembang tahun 1981 silam. beliau mencoba mecari kemampuan apa yang bisa dimiliki dengan segenap kekurangannya. Dengan tekad yang dimiliki, beliau mencoba mengikuti keterampilan menjahit , merasa keterampilan yang beliau miliki mampu dan layak untuk di kembangkan, Beliau pun kembali ke kota arang (sawahlunto) dengan membuka usaha demi mencari  sesuap nasi dan sebongkah berlian. Perlahan tapi pasti beliau mencoba membuka usaha menjahit dirumah sendiri dengan menerima jahitan tanpa bayaran dari tetangga sekitar rumah. Hal ini beliau lakukan semata - mata agar masyarakat di sekitar rumah tau bahwa beliau memiliki keterampilan manjahit. Pertama hanya satu, atau dua yang datang dan membayar dengan harga yang jauh lebih kecil di banding dengan upah jahitan yang ada di Kota Sawahlunto.

Tahun 1982 beliau menikah dengan seorang pria yang juga seorang penyandang cacat dan juga memiliki keterampilan menjahit. Sama – sama menjadi peyandang cacat  mereka sadar akan ketidak percayaan masyarakat terhadap kemampuannya, bahwa mereka mampu mununjukan hasil karya terbaik, bukan berarti membuat mereka harus mengemis atau menjadi tukang minta- minta. “lebih baik menjadi tangan di atas dari pada menjadi tangan di bawah” kata ibu tersebut.

Seiring perjalan waktu, mereka membuat usah  tailor yang di beri nama Penjahit Teratai Putih, tidak segelintir orang saja yang memandang  mereka dengan sebelah mata dan beranggapan kalau mereka tidak memiliki kemampuan  yang professional. Semakin banyak yang tak yakin akan kemampuannya, semakin gigih mereka  menunjukan segala kemampuaan yang ada, bahwa mereka mampu bersaing dengan orang yang memiliki fisik yang leih sempurna dari mereka.

Berkat keyakinan yang ada, mereka berupaya menunjukan karya yang rapi, indah, menarik. Berkat keuletan dan kekujujuran, mereka  mulai di lirik masyarakat. Tiap tetes keringat ini lah kini yang membuahkan hasil indah. Kini mereka telah melebarkan sayap dengan membuka usaha tailor di pasar Sawahlunto dan  dapat menyekolahkan kedua buah hatinya di salah satu perguruaan tinggi di kota Padang.

Semua kemajuan usaha ibu Ida dan keluarganya ini tak pernah lepas dari peran aktif pemerintah kota Sawahlunto. Melalui bantuan mesin jahit, dan pinjaman modal usaha dengan bunga ringan inilah yang kemudian mempermudah kemajuan usaha ibu Ida dan keluarganya.

Tak pernah menyerah dan tak pernah mau putus asa dengan kekurangan, merupakan sebuah konsep hidup yang harus ada dalam setiap diri manusia. Percayalah di sebuah harapan pasti ada sebuah kepastian. (GIA)

0 comments:

Post a Comment